Skip to main content

Stres = Makan Berlebihan = Obesitas


Dikutip dalam Koran Media Indonesia, bahwa kaum perempuan yang sedang menderita stress kronis ternyata memiliki kebiasaan yang buruk. Karena setiap mereka stress, maka hal yang dapat menenangkan diri mereka adalah dengan makan atau mengemil makanan yang manis-manis. Makanan yang manis inilah yang ternyata dapat menyebabkan tubuh berkembang menjadi lebih gemuk. Selain itu, mereka sangat sulit mengendalikan rasa lapar dan selalu ingin makan. Walaupun mereka sudah makan, namun mulut mereka ingin selalu mengunyah makanan yang terlihat lezat dan sangat menggiurkan tersebut.

Seperti yang saya kutip dari Koran Media Indonesi, kamis 5 November 2009, menyatakan bahwa tim studi dari universitas California-San Francisco meneliti lebih dari 600 perempuan yang kelebihan berat badan dan obesitas di AS. Mereka mengamati tingkat stress serta kebiasaan makan partisipan hasilnya diketahui bahwa partisipan sulit menahan diri untuk tidak makan makanan ringan dan menghindari makanan berlemak.

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya menemukan salah cara untuk mengendalikan berat badan. “Kami tahu dari penelitian lain bahwa teknik ini cenderung gagal dan akhirnya orang makan berlebihan sehingga berat badan bertambah naik”, tutur peneliti Elissa Epel, dalam Koran Media Indonesia. Menurutnya stress kronis menuntut kemampuan orang mengawasi dirinya sendiri dalam hal makan karena makan merupakan kebiasaan yang otomatis dan terlalu sering dilakukan seseorang jika tengah stress.

Kalau sudah begitu dengan melandanya stress dalam diri seseorang, maka hal yang paling efektif bagi sebagian orang adalah dengan melakukan pelarian dengan makan, makan,makan, dan makan. Bila hal tersebut terus berlanjut yang terjadi adalah kegemukan dan bahkan menjadi obesitas.

Obesitas atau kegemukan tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa saja namun juga dapat terjadi pada remaja dan anak-anak pada umumnya. Apabila mereka tidak dapat mengontrol dengan baik pola makan mereka, dan juga nutrisi dan kalori yang terdapat dalam makanan dan minuman tersebut yang biasa mereka santap setiap harinya.

Remaja wanita rata-rata membutuhkan sekitar 2.000 kalori setiap hari; sedangkan remaja pria rata-rata membutuhkan sekitar 2.800 kalori setiap harinya. Banyak remaja yang mengonsumsi kalori jauh lebih banyak dari yang seharusnya dan pada gilirannya mengakumulasi kelebihan lemak tubuh. Persentase anak muda AS, yang mengalami kelebihan berat badan telah berlipat dua dibandingkan dengan dua dekade terakhir (CDC,2008a dalam Human Development, Diane E. Papalia, et. al. 2008). Pada saat ini lebih dari 12 persen anak usia 12 sampai 19 tahun mengalami obesitas. Peningkatan obesitas telah ditandai terjadi khususnya diantara Meksiko-Amerika dan remaja kulit hitam non-Hispanik (Ogden, Flegal, Carroll,& Johnson, 2002 dalam human development, Diane E. Papalia, et.al. 2008).

Beberapa penyebab obesitas──aktivitas fisik yang sangat minim dan kebiasaan makan yang buruk──, sampai tingkat tertentu, berada dibawah kontrol anak-anak muda tersebut. Program pengurang berat badan yang menggunakan teknik modifikasi perilaku untuk membantu remaja membuat perubahan dalam makanan dan latihan menunjukan kesuksesan. Termasuk pula diantara faktor ini regulasi metabolisme yang salah, ketidakmampuan mengenali sinyal tubuh akan rasa lapar dan kenyang, perkembangan jumlah sel lemak yang abnormal. Remaja yang kelebihan berat badan cenderung menjadi orang dewasa yang obes juga.

Obesitas itu sendiri adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.

Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.

Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.

Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:

  • Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
  • Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
  • Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).

Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.

Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.

Penyebab Obesitas

Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh. Penyebab terjadinya ketidakseimbangan antara asupan danpembakaran kalori ini masih belum jelas.

Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor:

  • Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
  • Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
  • Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.

Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.

Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.

Gejala obesitas

Penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diagframa dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.

Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.

Komplikasi

Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:

  • Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Stroke
  • Serangan jantung (infark miokardium)
  • Gagal jantung
  • Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
  • Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
  • Gout danartritis gout
  • Osteoartritis
  • Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
  • Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk).

Sumber : www.wikipedia.com. Obesitas

Koran Media Masa, kamis 5 November 2009

Comments

randra said…
Penyakit Ini Sangat mengganggu kesehatan.

Makan Yang Berlebihan Dan Sering makan Yang manis-manis dapat menyebabkan gejala obesitas..

Apakah Ini Merupakan Faktor keturunan??

^_^
Anonymous said…
tiwi, apakah obesitas dapat disembuhkan...?
kasihan ya jika ada seseorang yang mengalami obesitas pada tingkat parah.. karena untuk berjalan saja susah.
saya mohon maaf jika ada yang tersinggung.saya tidak bermaksud..

Popular posts from this blog

Obsesi akan Wajah Putih Bersih

Banyak orang sekarang-sekarang ini yang mulai terobsesi dengan wajah mulus tanpa noda sedikitpun, putih bersih, dan juga terlihat cantik ataupun tampan. "Siapa juga yang tidak ingin memiliki wajah putih, bersih, mulus tanpa noda dan kerutan, juga cantik dan tampan!!" Dengan semakin banyaknya orang yang memerlukan kebutuhan akan kosmetik, krim, dan juga sanblok yang akan mereka gunakan untuk mengatasi masalah mereka akan kusamnya wajah, noda-noda yng tidak diinginkan yang terdapat dalam wajah mereka. Semakin banyak pula kosmetik yang baru-baru ini muncul dipasaran bagaikan jamur yang tumbuh di pepohonan. Semuanya menawarkan khasiat yang dapat membuat setiap konsumennya yang memakainya akan terlihat cantik atau tampan dan juga putih bersih tanpa adanya noda, dan juga kerutan-kerutan yang muncul ketika umur kita sudah mulai menua. Semuanya memberikan penawaran yang sangat menggiurkan bagi pemakainya, dan ada juga kosmetik yang dapat membuat pemakainya terlihat lebih

GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF (PDD)

Autisme dalam Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) diluar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADHD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan pervasif (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical

ANOREXIA NERVOSA

Disadari atau tidak, anggapan bahwa langsing itu cantik telah melekat dalam kepala setiap orang, khususnya pada pikiran setiap wanita. Sejak kecil kita seolah didoktrin, menjadi wanita harus bertubuh langsing. Apalagi ditambah dengan banyaknya obat pelangsing yang diproduksi di pasaran. Akhirnya, tanpa disadari banyak wanita yang berlomba-lombamenjaga ketat pola makanan mereka agar terlihat langsing. Kadang begitu kelewatan sampai menimbulkan gangguan atau kelainan pola makan (eating disorders) yang disebut anorexia dan bulimia. Banyak wanita didunia yang menderita kelainan pola makan (eating disorders) seperti calista flockhart, mendiang putri Diana, para model-model di dunia juga banyak yang mengidap penyakit tersebut, dan lain sebagainya. Tren akan tubuh langsing dan kurus ini juga semakin dipicu oleh banyaknya public figure yang menganut ketat, bahkan mengalami anorexia, hingga berat badannya turun drastis. Kelainan pada pola makan ini timbul akibat rasa ketakutan pada diri ses