KATA PENGANTAR
Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Kami ucapkan terimakasih yang sebesar–besarnya kepada Ibu Dosen sebagai Dosen Psikologi Kelompok yang telah membimbing kami, sehingga dapat tersusunnya atau terselesaikannya Makalah ini.
Adapun tujuan pembuatan Makalah ini untuk memenuhi tugas Psikologi Kelompok yang dititik beratkan pada masalah mengenai kelompok. Apa yang dimaksud dengan pembentukan kelompok, konflik kelompok, dan prestasi dalam kelompok.
Harapan kami agar Makalah dari beberapa jurnal ini dapat bermanfaat bagi setiap orang, agar kita dapat memahami apa sebenarnya yang menjadi masalah dalam kelompok.
Akhirmya kami merasa sangat senang menerima kritikan maupun saran yang sifatnya membangun, agar dapat kami jadikan perbaikan dalam penyusunan Makalah dimasa yang akan datang.
Bekasi,29 Oktober 2010
Salam Hormat,
Penyusun
Jurnal 1
DINAMIKA KELOMPOK TANI HUTAN RAKYAT: Studi Kasus di desa Kertayasa, Boja dan Sukorejo, ( The dynamics of community Forest Farmer Group: Cases Study in villages of Kertayasa, Boja, and Sukorejo )
- Latar Belakang
Pembangunan hutan rakyat dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat terutama petani pemilik hutan rakyat, serta menjaga kelestarian hutan yang mengarah pada subtainability, sehingga kegiatan tersebut diharapkan dapat memberi tambahan pendapatan sekaligus lahan-lahan yang tidak atau belum termanfaatkan dapat lebih ditingkatkan manfaat dan produktifitasnya melalui tanaman kayu-kayuan. Berdasarkan tujuan tersebut, pembangunan hutan rakyat tidak dapat dilaksanakan secara perorangan (spasial), tetapi harus secara bersama-sama.
Oleh karena itu dalam pelaksanaannya dilakukan secara terprogam, dan untuk mendukungnya diperlukan penggalangan petani agar dapat melaksanakan program tersebut, dan dibentuk suatu lembaga kemasyarakatan seperti kelompok tani hutan rakyat yang memiliki pengertian sebagai perkumpulan orang-orang (petani) yang tinggal di sekitar hutan.
Kelompok tani yang telah terbentuk diharapkan dapat dijadikan sebagai media untuk berkelompok dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas petani dengan atau tanpa adanya intervensi dari luar sehingga pendapatannya dapat meningkat, dan akhirnya kesejahteraan akan turut meningkat pula, sehingga akan timbul kedinamisan dari kelompok tersebut.
- Apa yang Diteliti
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
- Tingkat kedinamikaan sosial kelompok tani
- Faktor-faktor dinamika kelompok tani yang masih memerlukan perhatian dan pembinaan lebih lanjut
- Peranan anggota kelompok tani dalam pengembangan hutan rakyat
3. Menggunakan metode apa (METODOLOGI)
A. Kerangka Analisis
Pembentukan kelompok tani hutan rakyat umumnya merupakan bantuan dari proyek sehingga dengan adanya stimulus tersebut memudahkan untuk mempersatukan anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama yaitu pembangunan hutan rakyat yang mampu meningkatkan kesejahteraaan anggotanya.
B. Lokasi dan waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan di tiga lokasi, yaitu desa Kertayasa kabupaten Ciamis, desa Boja kabupaten Cilacap, dan desa Sukorejo kabupaten wonosobo.
C. Jenis dan Analisis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data sekunder dikumpulkan dan diperoleh dari laporan-laporan instansi terkait yang berhubungan dengan dengan aspek yang diteliti. Sedangkan data primer langsung diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan.
Seperti yang dikemukakan Djoni dkk (2000), tingkat kedinamisan kelompok tani berdasarkan pendekatan sosiologis tergantung pada beberapa faktor, yaitu:
- Diujikan bagaimana
Dengan menggunakan data primer dan data sekunder, data primer langsung diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Analisis dilakukan terhadap petani yang tergabung dalam kelompok tani. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dikumpulkan dan diperoleh dari laporan-laporan instasi terkait yang berhubungan dengan aspek yang diteliti.
5. Hasilnya apa
Kelompok tani hutan di desa Boja memiliki tingkat kedinamisan yang rendah, dinamika kelompok tani hutan desa Kertayasa skornya paling tinggi dibandingkan dengan kelompok tani hutan lainnya untuk jumlah nilai secara keseluruhan. Sedangkan untuk kelompok tani hutan di desa Sukorejo memiliki nilai faktor-faktor dinamika diatas nilai minimum dan dapat diartikan bahwa anggota kelompok tani telah merasakan manfaat terbentuknya kelompok tani tersebut.
- Prestasi
Desa Sukorejo merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Mojotengah kabupaten Wonosobo dan telah maju dalam pengembangan hutan rakyatnya, terbukti pada tahun 1983 telah berhasil meraih juara I lomba penghijauan tingkat propinsi Jawa Tengah dan juara II tingkat nasional. Dengan di raihnya predikat juara lomba penghijauan menyebabkan adanya perubahan status kelas kelompok menjadi Kelompok Tani Teladan dan mendapat bantuan proyek P2WK (Proyek Pengembangan Wilayah Khusus) dalam bentuk tanaman kopi dan direspon dengan baik oleh anggota sehingga tanaman kopi ini pun berhasil dan produksinya cukup berlimpah.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2001. Kecamatan Majenang Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kabupaten Cilacap. Majenang
Diniyati D, Suyarno, Anas Badrunasar, Tjejep Sutisna 2003. Kajian Sosial Ekonomi Hutan Rakyat di Desa Boja Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap. P(74-95). Prosiding Seminar Sehari. Prospek Pengembangan Hutan Rakyat di Era Otonomi Daerah. Departemen Kehutanan. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Loka Penelitian dan Pengembangan Hutan Monsoon Ciamis. Cilacap.
Djoni dan Jaenal Abidin. 2000. Dinamika Kelompok di Kalangan Kelompok Tani Pondok Pesantren (PONTREN) Pelaksana Usahatani Model Wanatani di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citanduy. Pengembangan Model Wanatani di DAS Citanduy. Laporan Kajian Kelembagaan, Sosiologis, Ekonomi dan Biofisik. Kerjasama Universitas Siliwangi Dengan Balai RLKT DAS Cimanuk-Citanduy Ditjen RLPS-DEPHUTBUN RI. Tasikmalaya. Tidak diterbitkan.
Soekanto Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta .
Tim Bina Swadaya. 2001. Pengalaman Mendampingi Petani Hutan. Kasus Perhutanan Sosial di Pulau Jawa. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
PENINGKATAN EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN MELALUI PEMBERDAYAAN WANITA NELAYAN
- Latar Belakang
Masyarakat nelayan di kawasan pesisir merupakan kelompok masyarakat yang paling tertinggal dalam berbagai sentuhan pembangunan selama ini. Khususnya pada kelompok nelayan tradisional yang dicirikan oleh teknologi produksi yang rendah, sehingga kemampuan akses terhadap produksi (finishing ground) relatif rendah, akibatnya hasil produksi yang diperoleh juga rendah pula. Implikasi dari itu semua, tingkat pendapatan kelompok nelayan ini sangat rendah.
Pada kelompok nelayan tradisional, peranan istri nelayan di tuntut semakin lebih besar dalam mencari alternatif pendapatan lain untuk mencukupi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Studi ini bertujuan menganalisis peranan wanita nelayan terhadap ketahanan ekonomi rumah tangga serta alternatif kegiatan ekonomi wanita nelayan guna membantu ekonomi keluarga.
- Apa yang Diteliti
- Profil sosial ekonomi rumah tangga wanita nelayan tradisional
- Pola kegiatan istri nelayan
- Pendapatan rumah tangga nelayan
- Curahan atau alokasi waktu kerja wanita nelayan
- Menggunakan metode apa (METODOLOGI)
- Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada akhir tahun 2004 sampai awal 2005 dan dilakukan pada beberapa wilayah pesisir terpilih di Sumatera Barat, dimana terkonsentrasi pemukinan nelayan tradisional, antara lain: Padang, Pariaman, dan Pesisir Selatan.
- Sumber dan Jenis Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder.
- Data primer, diperoleh dari istri (wanita nelayan), melalui wawancara langsung. Wawancara dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan serta wawancara yang mendalam terhadap informasi kunci (key informan).
- Data sekunder, dari berbagai bahan publikasi, seperti: Susenas, Dinas atau instansi terkait serta hasil penelitian lainnya.
- Data Analisis
Analisis data dilakukan dengan dua macam, yaitu: (1) Share wanita nelayan dalam pendapatan rumah tangga, (2) Deskriptif analisis tentang peluang berusaha di Pesisir.
- Hasilnya Apa
Berdasarkan hasil studi menunjukkan, bahwa rata-rata wanita yang bekerja adalah sebesar 37,5 angka ini tidak berbeda jauh dari hasil studi pada tahun 1996 (Zein, 2000). Apabila diperhatikan berdasarkan alokasi waktu kerja yang dicurahkan bagi kelompok wanita nelayan yang bekerja tersebut, maka selama 5 jam per hari (20%) dari waktunya dicurahkan untuk kegiatan reproduktif (kegiatan memasak, membersihkan rumah, mencuci pakaian dan mengurus anak dan 6 jam wanita nelayan bekerja dengan yang tidak bekerja, maka curahan waktu kerja untuk kegiatan reproduktif ini lebih banyak pada wanita nelayan yang tidak mempunyai kegiatan ekonomi lainnya.
Konflik dalam pemberdayaan wanita nelayan
1. Masalah paradigma gender yang keliru
Selama ini orang memanndang bahwa wanita adalah makhluk yang lemah, sehingga hanya diberikan posisi pekerjaan yang tidak terlalu membutuhkan fisik.
- Rendahnya kualitas SDM
Pada umumnya kualitas SDM memang relatif rendah di pedesaan pantai, dengan demikian porsi pekerjaan yang sesuai mencari porsi pekerjaan kasar.
- Kepedulian stakeholders
Stakeholders masih rendah kepeduliannya terhadap wanita nelayan, sehingga kesempatan pekerjaan sangat rendah.
- Kurangnya akses modal
Dipedesaan pantai terhadaap akses modal sangat rendah, sehingga upaya pengembangan usaha yang relatif lambat.
- Kurangnya kebersamaan
Hal utama yang menjadi kendala dalam pengembangan usaha wanita nelayan adalah kurangnya kebersamaan dan mereka cenderung bekerja sehari-hari.
- Ketergantungan terhadap pihak luar
Kegiatan usaha wanita nelayan sangat tergantung dengan pihak luar seperti, ketersediaan bahan baku , organisasi pemasaran, sumber keuangan, tenaga.dll
- Kurangnya pemasaran
Produk-produk hasil karya wanita nelayan di pedesaan pantai sangat sulit di pasarkan.
- Tergantung dari hasil tangkapan ikan (suami)
Biasanya produk yang dihasilkan wanita nelayan sangat tergantung kepada hasil kegiatan suami sebagai nelayan.
Proses pemberdayaan wanita nelayan
1. Pembentukan Kelompok
Guna meningkatkan usaha nelayan di pedesaan pantai, perlu adanya kelompok yang kokoh, melalui pembinaan dan penguatan kelompok.
2. Perencanaan program
Program haruslah yang rasional dan dapat dilaksanakan oleh seluruh anggota kelompok.
3. Pelaksanaan program
Dengan program yang baik, maka seluruh anggota kelompok pun harus mampu melaksanakan seluruh program dengan konsisten.
4. Agar usaha masyarakat / wanita dapat berjalan dengan sukses, maka peranan
pendamping adalah sangat penting artinya.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah. 1982. Peranan Wanita Nelayan dalam Meningkatkan Pendapatan Keluarga Nelayan Muncar, Banyuwangi – Jawa Timur. Dalam Prosiding Workshop Sosial Ekonomi Perikanan Indonesia . Cisarua, 2-4 November 1982. Pusat Penelitian da Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian. Jakarta . Indonesia (p:151-157).
Norr, J.L dan K.F Norr, 1991. Womens Satutus in Peasant-level Fishing, society and Natural Resources, vo.5, p:149-163
Yater, L.R, 1983 The Fishermen’s Family: Economic Roles of Women and Children. Dalam Small Scale Fisheries of San Miguel Bay : Philippines : Social aspect of production an marketing (ed.Bailey). ICLARM Technical reports No.9 Manila Philippines
Zein, A. 2000. The Influence of technological Change on Income and Social Struktur in Artisanal Fisheries in Padang , Indonesia . Universitas Bung Hatta Press. Padang . Indonesia
Zein, A. 2005. The Role of Fisher-women on Food Security at the Traditional Fishermen Household of West Sumatra, Indonesia. Makalah pada International Seminar tentang Food Security di Hanoi – Vietnam , 1-7 Mei 2005.
KELOMPOK KECIL
Sebuah studi baru menemukan bahwa kelompok tiga sampai lima orang berperforma lebih baik dibandingkan individu ketika memecahkan masalah yang kompleks. Penelitian yang diterbitkan dalam edisi April Journal of Personality and Social Psychology, menunjukkan bahwa kelompok tiga orang yang mampu memecahkan masalah yang sulit bahkan lebih baik dari individu-individu terbaik bekerja sendirian.
Peneliti peserta 760 mahasiswa dari University of Illinois di Urbana-Champaign surat-untuk memecahkan masalah-nomor kode, bekerja baik secara individu atau sebagai bagian dari kelompok. Penelitian mencatat bahwa ada sejumlah kecil mengejutkan penelitian tentang pengaruh ukuran kelompok pada pemecahan masalah. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kelompok berperforma lebih baik daripada individu pada masalah kesulitan rata-rata. Studi saat ini dinilai kinerja dengan membandingkan jumlah percobaan yang diperlukan untuk memecahkan masalah serta jumlah kesalahan yang dibuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ukuran tiga,, empat dan lima dilakukan lebih baik daripada individu untuk memecahkan masalah.
Dalam rilis April 23, 2006 tekan APA, pemimpin peneliti Patrick Laughlin disebabkan peningkatan kinerja kelompok untuk, Penelitian juga "kemampuan orang untuk bekerja sama untuk menghasilkan dan mengadopsi respon yang benar, menolak tanggapan yang keliru, dan memproses informasi secara efektif." berasal keberhasilan kelompok-kelompok kecil di surat-untuk tugas-angka untuk "anggota kelompok gabungan kemampuan mereka dan sumber daya untuk melakukan lebih baik daripada yang terbaik dari jumlah yang setara individu pada tugas kelompok yang sangat intellective saling melengkapi."
Sementara peneliti memiliki hipotesis bahwa kelompok dua akan mengungguli jumlah yang setara individu, hasil penelitian ini benar-benar menunjukkan bahwa kelompok dua orang yang dilakukan pada tingkat yang sama sebagai individu yang bekerja sendirian. Selain itu, sementara kelompok tiga,, empat dan lima orang dilakukan secara signifikan lebih baik daripada jumlah yang setara dengan kelompok "terbaik individu" dan dua orang, tiga kelompok tidak berbeda satu sama lain dalam hal kinerja.” Hasil studi ini karena itu menyarankan, "Tiga anggota kelompok yang diperlukan dan cukup untuk kelompok untuk melakukan lebih baik daripada yang terbaik dari jumlah setara individu independen."
Penelitian ini memiliki sejumlah implikasi di bidang akademik, ilmu pengetahuan, kedokteran, dan bisnis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tiga lebih efisien dan lebih akurat dalam memecahkan masalah-masalah sulit yang sedang memerlukan penggunaan logika, verbal, dan pemahaman kualitatif. Para penulis dari penelitian ini menyarankan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan apakah tiga orang kelompok lebih efektif dalam memecahkan jenis persoalan lain, dan apakah efektif pemecahan masalah dalam suatu kelompok kemudian transfer ke pemecahan masalah individual.
References: Referensi:
Laughlin, P., Hatch, E., Silver, J., & Boh, L. (2006) Grup Lakukan Better Than Individu Terbaik pada Surat-ke Bilangan Masalah-: Pengaruh Ukuran Group, Jurnal Psikologi Kepribadian dan Sosial, Vol. 90, No. 4. 90, No 4.
"Grup Lakukan Better Than Individu Terbaik di Mengatasi Masalah Kompleks," APA Siaran Pers.
Keahlian dalam pemecahan masalah kelompok: Pengakuan, kombinasi sosial, dan kinerja:. Group Dinamika Teori, Riset, dan Praktek, 4, 277-290.
Bray, RM, Kerr, NL, & Atkin, RS (1978). Bray, RM, Kerr, NL, & Atkin, RS (1978). Pengaruh ukuran kelompok, masalah kesulitan, dan seks pada kinerja kelompok dan reaksi anggota.. Journal of Personality and Psycholog Sosial, 36 y, 1224-1240
Hill, GW (1982). Hill, GW (1982). Kinerja individu versus kelompok: Apakah N _ 1 kepala lebih baik dari satu 517-539? Psychological Bulletin, 91,.
Hill, GW (1982). Hill, GW (1982). Kinerja individu versus kelompok: Apakah N _ 1 kepala lebih baik dari satu 517-539? Psychological Bulletin, 91,.
Tindale, RS, & Kameda, T. (2000). Tindale, RS, & Kameda, T. (2000). "Social sharedness" sebagai tema pemersatu untuk pemrosesan informasi dalam kelompok.. Group Proses dan antargolongan Hubungan,
3, 123-140
Jurnal 4
Keanekaragaman, Konflik, dan Kinerja Pada Kelompok Kerja
Sebuah studi lapangan dari 92 kelompok kerja menjelajahi pengaruh tiga jenis keanekaragaman kelompok kerja (keragaman kategori sosial , keragaman nilai, dan keragaman informasi) dan 2 moderator (tipe tugas dan tugas mandiri) pada hasil kelompok kerja.
Keanekaragaman dan konflik
Tiga kategori keanekaragaman
dibahas dalam penelitian terakhir pada kelompok: keragaman informasi, keragaman kategori sosial, dan keragaman nilai. Contohnya, dua orang dari ras yang berbeda (Keanekaragaman kategori sosial) mungkin (meskipun tidak harus) mempunyai pengalaman pendidikan budaya (keragaman informasi) dan akibatnya mendukung nilai yang berbeda (keanekaragaman nilai). Setiap berbagai jenis dari keanekaragaman menyiratkan tantangan yang berbeda dan kesempatan bagi kelompok kerja, dan akibatnya, harus dapat mempengaruhi hasil kelompok kerja yang berbeda.
keragaman lnformational. keragaman lnformational mengacu basis pengetahuan yang berbeda dan perspektif yang membawa anggota kelompok. Perbedaan-perbedaan tersebut berdiri sebagai fungsi dari perbedaan anggota kelompok seperti pendidikan, pengalaman, dan keahlian. Perbedaan dalam latar belakang pendidikan, pelatihan, dan pengalaman pekerjaan yang mungkin meningkat bermacam-macam perspektif dan opini yang ada dalam kelompok kerja (Stasser, 1992).
Hipotesis la (Hla):
Perbedaan informasional akan meningkatkan konflik tugas dalam kelompok kerja. Kelompok kerja mempunyai alasan sering gagal menyadari kemampuan potensial dari keanekaragaman informasi dan konflik tugas. Pertama, Organisasi yang sering menjawab kecenderungan kelompok-kelompok untuk membentuk
berdasarkan pada jaringan sosial bersama (misalnya, kesamaan, kedekatan, keakraban) dengan membuat-tim lintas fungsional, atau tim dengan anggota pelatihan fungsional yang berbeda, untuk meningkatkan keragaman informasi tersedia pada kelompok (Northcraft., 1995). Alasan kedua sering gagal menyadari /manfaat dari keragaman informasi yang membuat sebuah kelompok informasi yang juga mencegah kelompok dari mewujudkan manfaat dari keragaman informasinya. Perselisihan dalam kelompok kerja bisa menjadi pertentangan tentang isi tugas ( konflik tugas), tetapi mereka juga bisa menjadi perselisihan tentang bagaimana melakukan tugas atau cara untuk mendelegasikan sumber daya, yang mencerminkan proses konflik (Jehn, 1997). Sebagai contoh, seorang anggota kelompok dengan latar belakang teknik mungkin ingin diproses berbeda (dalam hal bagaimana mengidentifikasi potensi program aksi dan memilih di antara mereka) dari anggota kelompok dengan sebuah latar belakang marketing atau akuntansi.
Hypothesis 1.b (Hlb):
Keragaman informasi akan meningkatkan proses konflik dalam kelompok kerja.
keragaman kategori sosial. kategori keragaman sosial merujuk pada perbedaan eksplisit
antara anggota kelompok dalam keanggotaan kategori sosial, seperti seperti ras, gender, dan etnis (Jackson, 1992; Pelled, 1996a). Keanggotaan kategori sosial secara eksplisit menetapkan karakteristik terutama yang menonjol dasar dimana individu dapat mengkategorikan diri sendiri dan orang lain. Permusuhan dalam kelompok ini muncul ke permukaan sebagai hubungan anatara konflik-konflik anggota 'pribadi dengan memilih kelompok kerja atau perselisihan dalam interaksi interpersonal biasanya sekitar isu-isu yang bukan pekerjaan seperti gosip, kegiatan sosial, atau agama. (Jehn, 1995, 1997).
Hipotesis 2 (H2):
Keragaman
kategori sosial akan meningkatkan hubungan konflik di kelompok kerja.
Nilai keanekaragaman. Nilai keragaman terjadi ketika anggota
dari kelompok kerja berbeda dalam hal apa yang mereka pikir dari kelompok yang nyata dalam tugas kelompok kerja, tujuan, target, atau misi seharusnya. Sebagai contoh, anggota kelompok yang nilai efektivitas (misalnya, kualitas) cenderung memiliki perselisihan tentang tugas dan alokasi sumber daya dengan anggota kelompok yang nilai efisiensi (misalnya, unit diproduksi).
Hipotesis 3 (H3):
Keanekaragaman dan Kinerja
Penelitian menangani faktor penentu kinerja kelompok
dalam organisasi yang menunjukkan keberhasilan yang sering bergantung pada kemampuan kelompok kerja untuk mencakup, pengalaman, dan mengatur (dari pada menghindari) perselisihan yang timbul (Tjosvold, 1991 ; Gruenfeld et al., 1996. ) Schwenk dan Valacich (1 994) menemukan bahwa mengevaluasi dan mengkritik konflik yang menggunakan tentang keputusan tugas yang dihasilkan lebih baik dalam kelompok kerja dari pada anggota yang menghindari konflik atau mengurangi perselisihan mereka. Dampak negatif dari keragaman nilai dan kategori sosial (yaitu, meningkatkan hubungan konflik), kesamaan cenderung paling efektif dalam bidang nilai dan keragaman kategori sosial. Akibatnya, keragaman yang rendah nilai dan rendah keragaman kategori sosial menciptakan kondisi untuk sebuah kelompok kerja untuk mengambil keuntungan dari keragaman informasinya, yang dapat dicerminkan dalam kinerja kelompok kerja.
Hipotesis 4 (H4):
Kinerja tidak hanya hasil yang menarik bagi organisasi kelompok kerja. Para pekerja juga mempertaruhkan moral dan komitmen , yang memiliki implikasi jangka panjang untuk kinerja kelompok yang baik untuk biaya yang berkaitan dengan ketidakhadiran dan keterlambatan kerja.
Hipotesis
5 (H5):
Moderator dari Efek Keanekaragaman
Ketika suatu tugas kompleks dan tidak mengerti dengan baik, bagaimanapun juga, membahas dan berdebat bersaing secara perspektif dan pendekatan sangat penting bagi anggota kelompok untuk
mengidentifikasi strategi-strategi tugas yang sesuai dan untuk meningkatkan ketelitian dalam 'penilaian situasi anggota (misalnya, Fiol, 1994; Amason dan Schweiger, 1994; Putnam, 1994; Jehn, 1995). Seperti tugas kompleks semacam itu memerlukan pemecahan masalah, memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi, dan memiliki beberapa prosedur yang mengatur ketika tugas rutin memiliki tingkat rendah variabilitas, yang berulang (Hall, 19721) umumnya sangat akrab dan dilakukan dengan cara yang sama setiap kali (Thompson, 1967).
Hipotesis 6 (H6):
Sebelum penelitian juga menunjukkan bahwa tugas yang saling ketergantungan dapat
mempengaruhi keanekaragaman efek dalam kelompok kerja. Tugas yang saling tergantung adalah sejauh mana anggota kelompok mengandalkan untuk menyelesaikan pekerjaan satu dengan yang lainnya (Van de Ven, Delbecq, dan Koenig, 1976). Pengaruh keanekaragaman nilai dan keragaman kategori sosial akan diperburuk bila tugas saling bergantung:
Hipotesis 8 (H8):
Keanekaragaman
nilai dan keragaman kategori sosial akan lebih cenderung menurunkan moral ketika tugas saling terikat daripada independen.
Mediator Efek Keanekaragaman
Hubungan dan proses
konflik yang negatif dikaitkan dengan kinerja dan mo ral, sedangkan konflik tugas telah terbukti memiliki dampak positif pada kinerja (Jehn, 1995, 1997; Amason, 1996). Oleh karena itu, kami mengusulkan hipotesis berikut:
Hipotesis 9a (H9a):
METODE
Sampel terdiri dari 545 karyawan di satu dari
tiga perusahaan teratas di industri barang-barang rumah tangga bergerak. Sampel (sebagaimana dilaporkan dalam Jehn, 1995) diambil dari antar kantor pusat nasional untuk perusahaan ini, yang menampung semua fungsi wilayah nasional: divisi meliputi pemasaran dan penjualan, accounting , sistem informasi, domestik dan operasi internasional, dll. Sebuah unit pekerjaan didefinisikan dalam organisasi sebagai sebuah kelompok di mana semua personil melaporkan langsung kepada pengawas yang sama dan berinteraksi untuk menyelesaikan tugas-tugas unit.
Survei
Survei ini terdiri dari 85-laporan diri, gaya pertanyaan Likert, memerintahkan secara acak. Kami menggunakan catatan pribadi untuk memverifikasi informasi demografi yang dikumpulkan oleh survei dan, di waktu yang sama, mengumpulkan data arsip, seperti kinerja Appraisal dan laporan pengeluaran dari departemen. Enam puluh pengawas, manajer, dan wakil presiden yang diterima dan kembali paket bahan untuk mengevaluasi unit kerja mreka (s). Informasi dikumpulkan dalam paket ini termasuk bagian dari organisasi, kelompok dan individu peringkat efektivitas, dan laporan pengeluaran departemen .
Tindakan
Keanekaragaman
Persepsi terhadap nilai perbedaan di antara anggota kelompok
diukur dengan enam poin pada skala Likert-5 berlabuh dengan 1 = "Sangat tidak setuju" dan 5 = "Sangat setuju." Anggota diminta jika nilai dari seluruh anggota kelompok adalah serupa, jika unit kerja secara keseluruhan mempunyai nilai kerja sama, jika unit kerja secara keseluruhan memiliki tujuan yang sama, apakah anggota telah memegang keyakinan kuat tentang apa yang penting dalam unit kerja, apakah anggota memiliki tujuan yang sama, dan jika-semua anggota setuju pada apa yang penting bagi kelompok. koefisien alpha untuk skala ini adalah 0,85.
Seperti biasa dalam pengobatan variabel kategori, kita menggunakan indeks berbasis entropi (Teachman, 1980; Ancona dan Caldwell, 1992) untuk membentuk jumlah total informasi dan keragaman kategori sosial dalam kelompok kerja:
Jika karakteristik demografi
tidak ditunjukkan dalam tim, nilai yang diberikan adalah nol. Ditambah, indeks keanekaragaman merupakan jumlah dari produk dari karakteristik proporsi masing-masing yang membuat unit kerja dan tercatat alami dari proporsinya. Semakin tinggi keragaman indeks, semakin besar distribusi karakteristik dalam unit kerja.
Hasil
H1a : Keragaman informasi secara positif berkaitan dengan konflik tugas dalam keompok kerja.
H1b : memprediksi keragaman informasi dapat meningkatkan proses konflik, bukan mendukung.
Keragaman informasi dan nilai dijelaskan 13,9 persen dari variasi konflik tugas.
H2 : Keragaman kategori sosial dan keragaman nilai ditunjukkan 21.9 persent dari variasi dalam hubungan konflik dengan kelompok.
H3 : keragaman nilai secara positif dan signifikan berkaitan dengan semua tiga tipe konflik. Keanekaragaman nilai sendiri menjelaskan 10.3 persen dari proses konflik dengan kelompok kerja.
H4 : keragaman nilai dimoderasi dari efek keragaman infoirmasi dalam kinerja sebenarnya dan efisiensi; keragaman informasi pada tingkat rendah akan lebih berpengaruh ketika keragaman nilai mencapai tingkat tinggi.
H5 : Keragaman informasi secara positif berkaitan dengan efisiensi keragaman kategori sosial yang rendah. Hubungan hipotesis menjelaskan diantara 6.6 persen (efisiensi kelompok kerja) dan 37.8 persen (komitmen dari kelompok kerja) dari kinerja kelompok dan moral para pekerja.
H6 : Interaksi dari keragaman informasi dan tipe tugas. Secara signifikan untuk mengukur tiga dari kelompok kerja yaitu menyadari kinerja, actual, dan efisiensi; keragaman informasi lebih meningkatkan kinerja ketika tugas selesai.
H7 : mengurangi efek dari keragaman nilai dan keragaman kategori sosial dalam hubungannya diantara keragaman informasi dan kinerja kelompok kerja yang lebih kuat ketika tugas yang saling terikat meningkat.
H8 : memprediksi bahwa keragaman nilai dan keragaman kategori sosial ketika tugasnya saling terkait meningkat.
H9a : memprediksi bahwa konflik tugas dapat dimediasi efek dari keragaman informasi dalam kinerja kelompok kerja.
H9b : Hasil tidak dikonfirmasi. Bahwa proses konflik akan dimediasi dari efek keragaman informasi kedalam kinerja kelompok kerja.
H9c : Hasil di konfirmasikan. Proses konflik akan memediasi dari efek keragaman nilai untuk moral pekerja.
H9d : Hubungan konflik dapat memediasi efek dari keragaman nilai dan keragaman kategori sosial untuk moral pekerja.
REFERENCES
Amabile, Teresa M. 1994 "The atmosphere of pure work: Creativity in research and development." In William R. Shadish and Steve Fuller et al. al. (eds.), The Social Psychology of Science: 31 6-328. New York : Guilford Press.
Amason, Allen C. 1996 "Distinguishing the effects of functional and dysfunctional conflict on strategic decision making: Resolving a paradox for top management teams." Academy of Management Journal, 39: 123-1 48. and Harry J. Sapienza 1997 "The effects of top management team size and interaction norms on cognitive and affective conflict." Journal of Management, 23: 495-516.
Amason, Allen C., and David M. Schweiger 1994 "Resolving the paradox of conflict, strategic decision making and organizational performance." International Journal of Conflict management, 5: 239-253.
Comments