Tugas : Kesehatan Mental
Oleh : Nyoman Iswahyuni Pratiwi
Oleh : Nyoman Iswahyuni Pratiwi
1. Sigmun Freud, Perkembangan Psikoseksual
Freud percaya bahwa setiap orang dilahirkan dengan dorongan biologis yang harus dirasakan kembali agar dapat hidup dalam masyarakat. Ia ber pendapat bahwa karakter seseorang dibentuk kwetika mereka berada pada masa kanak-kanak, ketika anak-anak berhadapan dengan konflik bawah sadar antara dorongan bawaan dan tuntutan hidup berbudaya. Menurut Sigmun Freud terdapat fase-fase perkembangan individu didorong oleh energi psikis yang disebut Libido. Libido merupakan energi psikis yang bersifat seksual (diartikan secara luas sebagai dorongan kehidupan dan sudah ada ketika mereka berada pada masa bayi). Dalam tahap perkembangan menurut Feud, ia membaginya menjadi 5 fase yaitu:
1) Fase Oral (0-1 tahun)
Dimana pada saat masa ini anak-anak mendapatkan kenikmatan atau kepuasan yang bersumber pada mulutnya sendiri. Dimana pada masa ini anak-anak akan mendapatkan kepuasan secara oral pada saat mereka menyusu pada sang ibu. Dan apabila mereka tidak mendakatnya atau tidak dapat menyusu kepada ibunya maka mereka akan mendapat kepuasaan dengan cara memasukan jari mereka ke dalam mulutnya.
2) Fase Anal (1-3 tahun)
Pada masa ini anak-anak mendapatkan kepuasaan mereka yang teletak di daerah anus mereka, mereka mendapatkan kepuasannya pada saat membuang air besar atu pada saat toilet training. Ketika mereka menahan atau melepaskan feces.
3) Fase Falik (3-5 tahun)
Ketika anak berada pada masa ini anak mendapatkan kepuasannya pada daerah kelamin. Anak akan mulai tertarik dengan adanya perbedaan anatomi tubuh yang berbeda dengannya. Yang terjadi pada anak laki-laki pada masa ini mereka akan mulai menjadi sangat dekat dengan sang ibu karena ibu merupakan seseorang yang memberikan mereka kasih sayang, perlindungan dan pada saat itulah anak laki-laki akan mengembangkan ikatan seksual kepada sang ibu dan anak perempuan akan menjadi sangat dekat dengan sang ayah.
Dan ketika anak laki-laki yang dekat dengan sang ibu akan menyebabkan terjadinya timbul perasaan cinta dan gairah seksual yang disebut dengan Oedipus Kompleks. Dengan adanya perasaan seperti itu, ketika mereka merasa bahwa perasaan tersebut terhalang dengan adanya seseorang misalkannya saja kehadiran sang ayah maka akan adanya persaingan antara dirinya dengan sang ayah dan iya akan mulai meniru tingkah laku pesaingnya untuk menjadi seperti orang dewasa atau menjadi seperti sang ayah yang dianggapnya sebagai saingannya tersebut.
4) Periode Laten (5-12 tahun)
Pada periode ini merupakan masa tenang. Dimana pada saat ini anak laki-laki akan mulai berteman dengan teman yang memiliki jenis yang sama dengannya atau dengan kata lain mereka mulai berkelompok- kelompok begitu halnya juga dengan anak perempuan mereka akan mulain bermain dan mengelompok dengan teman-teman yang berjenis kelamin sama dengannya. Makanya pada masa ini disebut juga dengan periode homoseksual alamiah. Pada periode ini juga mereka akan mulai belajar mengembangkan keterampilan mereka juga mempelajari tentang diri mereka juga masyarakat. Mereka juga akan belajar mencari sosok figure orang-orang dewasa yang berjenis kelamin sama dengan mereka.
5) Fase Genital (12 tahun ke atas atau pubertas sampai kedewasaan)
Pada fase ini alat-alat reproduksi sudah mulai matang, pusat kepuasannya beralih ke daerah kelamin. Setelah sebelumnya pada periode laten dorongan seksual tersebut tertekan selama masa laten dan pada saat fase ini dorongan tersebut timbul kembali. Tapi pada fase ini mereka akan mulai tertarik dan mulai memperhatikan lawan jenis yang berada di luar keluarga asal mereka. Energy psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual.
Pada fase ini mereka akan menyukai lawan jenis mereka yang berada di luar keluarga mereka dan perasaan cintanya pada keluarganya mulai beralih kepada orang-orang di luar keluarga mereka. Misalnya saja, anak laki-laki yang duduk dibangku SMP mulai menyukai, tertarik dan memperhatikan anak-anak perempuan yang berada di sekeliling lingkungannya. Dan dia kan mulai mengatakan ketertarikannya kepada anak perempuan yang dianggapnya membuatnya tertarik pada gadis tersebut dan akhirnya mereka berpacaran. Pengalam dimasa lalu akan menjadi bekal yang sangat berpengaruh pada saat remaja, meranjak dewasa, dunia karir, dan akhirnya pada saat berumah tangga nantinya.
2. Erik H. Erikson, Perkembangan Psikososial
Erikson memodifikasi dan memperluas teori Freud dengan menekanakan pengaruh masyarakat terhadap perkembangan kepribadian. Erikson adalah perintis perspektif rentang kehidupan. Erikson menyatakan bahwa perkembangan ego bersifat seumur hidup. Dalam perkembangan psikososial erikson membaginya menjadi delapan tahapan, yaitu:
- a. Basic Trust vs Basic Mistrust (0-1 tahun)
Pada tahap ini anak mulai mengembangkan perasaan bahwa dunia ini merupakan tempat yang aman dan nyaman. Misalnya saja apabila seorang anak tersebut merasakan bahwa dirinya sangat aman berada di suatu tempat atau ada orang yang dapat membuatnya benar-benar merasa nyaman makan dalam diri anak tersebut dia kan percaya pada orang atau tempat tersebut namun sebaliknya jika dia tidak merasa nyaman dan aman, atau selalu di ganggu oleh orang lain atu kita selalu mengganggu anak tersebut maka akan timbul ketidak percayaan dalam dirinya kepada orang itu atau tempat tersebut.
- b. Autonomy vs Shame and Doubt (2-3 tahun)
Pada masa ini anak akan merasakan adanya konflik antara perasaan mandiri vs perasaan malu dan ragu-ragu. Misalnya saja jika anak tersebut dalam melakukan sesuatu hal selalu di dorong untuk maju, dipuji setiap di melakukan sesatu hal, dan di perhatikan oleh keluarga dan lingkungan di sekitarnya maka akan timbul perasaan percaya diri dan perasaan mandiri pada anak tersebut. Namun sebaliknya jika anak tersebut selalu di marahi, tidak pernah di perhatikan, apa bila dia melakukan suatu hal yang namun kita tidak peka terhadap hal tersebut, bukannya memuji apa yang telah dilakukannya namun malah mengabaikannya maka yang akan terjadi dalam diri anak tersebut adalah adanya rasa tidak percaya diri, malu-malu dan juga perasaan yang selalu ragu-ragu ketika dia ingin melakukan suatu hal, ia akan sangat takut yntuk mengambil keputusan tersebut karena ia merasa takut akan salah dalam melakukannya.
- c. Initiative vs Guilt (3-6 tahun)
Bila pada masa sebelumnya anak ini mengembangkan perasaan percaya diri, mandiri maka anak tersebut akan berani mengambil sebuah keputusan untuk dia dapat melakukan sesuatu hal dengan sangat baik dan tidak terlalu di hantu oleh perasaan takut salah ketika dia melakukan sesuatu hal atau ingin mencoba hal-hal baru namun senaliknya bila pada tahap sebelumnya anak tersebut mengembangkan perasaan ragu-ragu, dan tidak percaya diri maka yang akan terjadi adalah anak tersebut akan takut dan ragu-ragu dalam mengerjakan suatu hal apa lagi ketika dia harus mengambil sebuah keputusan yang ada dia akan merasa takut slah dengan apa yang telah dia putuskan atau yang telah ia kerjakan.
- d. Industry vs Inferiority (6-11 tahun)
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir logis dan anak sudah bersekolah. Maka pada saat ini yang terjadi adalah konflik antar perasaan seseorang yang mampu vs perasaan rendah diri. Pada saat ini anak mulai menghadapi tuntutan dari lingkungannya, apakah dia mapu untuk menghadapi dan menyelesaikan tuntutan tersebut dengan baik atau tidak. Apa bila ia dapat menghadapi tuntutan-tuntutan dari lingkungannya tersebut maka ia akan di hargai oleh lingkunganya, maka akan timbul perasaan bergairah untuk berkembang lagi dengan produktif. Misalnya saja ketika di sekolah seorang anak di suruh gurunya untuk mengerjakan sebuah soal matemetika di depan kelas dan anak tersebut dengan cepat dapat menyelesaikan soal tersebut dengan baik maka anat tersebutpun mendapatkan penghargaan atau di hargai oleh gurunya dengan diberikan tepuk tangan oleh guru dan teman-teman sekelasnya maka hal yang terjadi anak tersebut akan berkembang lebih baik lagi dan produktif. Namun apa bila yang terjadi malah sebaliknya yang terjadi dan dia tidak mampu menghadapi tuntutan tersebut yang akan terjadi di dalam diri anak tersebut yaitu perasaan rendah diri karena dia merasa bahwa dia tidak mampu melakukannya.
- e. Identity vs Role Confusion (mulai 12 tahun)
Anak dihadapkan pada harapan-harapan kelompok dan dorongan yang makin kuat untuk lebih mengenal dirinya. Pada tahap ini anak-anak akan menghadapi konflik antara perasaan menemukan dirinya sendiri vs kekaburan peran. Pada masa ini remaja harus sudah mulai mengetahui siapa diri saya ini?
Apa bila telah dapat mengetahui siapa dirinya maka ia akan menemukan dirinya sendiri. Namun sebaliknya apa bila ia tidak dapat mengetahui siapa dirinya tersebut, maka yang terjadi adalah kekaburan peran.
- f. Intimacy vs Isolation
Konflik yang terjadi pada tahap ini yaitu kesiapan untuk berhubungan dengan orang lain atau berkomitmen vs perasaan terkuat. Apabila seseorang dapat membagi perasaan kasih sayangnya dan perhatiannya kepada orang lain maka ia akan mendapatkan perasaan kemesaraan dan keintiman ketika mereka mulai mencari-cari pasangannya tersebut namun sebaliknya apa bila orang tersebut kaku dan tidak dapat embagi perasaan tersebut dengan orang lain yang malah terjadi adalah perasaan terasing atau terkecil.
- g. Generativity vs Self-absorbtion
Permasalahan yang dihadapi oleh seseorang pada tahap ini adalah adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya. Misalkan saja apabila dia di masa lalu mendapatkan pengalaman-pengalaman yang positif atau menyenangkan maka ia akan dapat dengan mudah untuk turun ke dalam masyarakat untuk membantu orang lain yang membutuhkan. Tapi sebaliknya apa bila ia mendapatkan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan atau negative pada masa lalunya maka ia akan terkurung denga semua permasalahan-permasalahannya sendiri dan tidak dapat membantu orang lain.
- h. Ego Integrity vs Despair
Individu yang lebih tua akan mendapatkan penerimaan terhadap hidup, membuatnya dapat menerima hidup, membuatnya dapat menerima kematian, atau sebaliknya, putus asa atas ketidakmampuannya menghidupkan kembali hidupnya.
Pada masa ini individu akan menengok ke masa lalunya apabila pasaat masa lalunya ia mendapatka prestasi yang baik dan membanggakan maka yang terjadi adalah dia akan merasa sangat puas. Tetapi sebaliknya apabila pada saat masa lalunya ia mendapatkan prestasi yang buruk yang terjadi kekecewaan yang mendalam.
Sumber :
Diane E. Papalia, et. al. 2008. Human Development. Jakarta: Kencana Prenada Median Group
Rivanti, Dwi. B. P, Prabowo Hendro, Puspitawati Ira. 1996. Psikologi Umum 1. Jakarta: Universitas Gunadarma
Comments