Skip to main content

TeMpERaMeN

Tugas : Kesehatan Mental
Oleh : Nyoman Iswahyuni Pratiwi

Temperamen adalah bagian daripada kejiwaan yang agaknya dengan melalui darah secara kimiawi mempunyai korelasi dengan aspek jasmaniah. Dengan kata lain temperamen adalah konstitusi kejiwaan. Temperamen ini turun-temurun dan tak dapat diubah oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Dan temperamen ini mempengaruhi dua macam kualitas kejiwaan yaitu,

1. Suasana hati (stimmung)

2. Tempo psikis.

Dalam tipologi Kant, kant mengemukakan bahwa temperamen dianggapnya sebagai corak kepekaan atau sinnesrt. Selanjutnya temperamen dianggapnya mengandung dua aspek yaitu:

1. Aspek fisiologi, yaitu konstitusi tubuh, kompleks atau tersusunan cairan-cairan
jasmani; dan

2. Aspek psikologis, yaitu kecenderungan-kecenderungan kejiwaan yang disebabkan oleh
komposisi darah.

Selanjutnya aspek psikologis ini menurut kant terdiri dari dua macam temperamen, yaitu:

a. Temperamen perasaan yang mencakup dua tipe temperamen, yaitu:

1) Sanguinis, dan lawannya:

2) Melancholis;

b. Temperamen kegiatan yang mencakup dua tipe temperamen pula, yaitu:

1) Choleris, dan lawannya:

2) Phlegmatic

Temperamen terkadang didefinisikan sebagai karakteristik seseorang, cara mendasar biologis untuk mendekati dan bereaksi terhadap orang dan situasi telah di deskripsikan sebagai bagaimana-nya perilaku; bukan apa yang dilakukan , tetapi bagaimana mereka melakukan hal tersebut (Thomas & Chess,1997 dalam Human development papalia 2008). Temperamen bukan saja cara anak mendekati dan bereaksi terhadap dunia luar tapi juga cara mereka meregulasi fungsi mental, emosi, dan perilaku mereka (Rothbart, Ahadi, & Evans,2008 dalam Human Development papalia 2008).

Temperamen memiliki basis emosional; akan tetapi ketika emosi seperti rasa takut, gembira, dan bosan datang dan pergi, temperamen cenderung konsisten dan berkesinambungan. Perbedaan individu dalam temperamen yang dianggap bersumber dari komposisi biologis, membentuk inti perkembangan kepribadian pola perasaan pemikiran, dan perilaku yang cenderung konsisten, dan membuat orang tersebut sebagai pribadi yang unik (Eisenberg, Fabes, Guthrie, & Reiser,2000 dalam Papalia 2008).

Dalam mempelajari pola temperamen, terdapat tiga pola temperamen menurut NYLS(New York Longitudinal Study), yaitu:

  • Easy Children(anak dengan temperamen sedang): umumnya bahagia, memiliki irama fungsi biologis yang teratur dan menerima pengalaman baru.
  • Difficult Children (anak dengan temperamen tinggi): lebih mudah marah dan sulit untuk di ikuti, memiliki ritme biologis yang tidak teratur, dan lebih intens dalam mengekspresikan emosi.

  • Slow-to-warm-up children (anak dengan temperamen rendah): lembut, namun sulit beradaptasi dengan orang dan situasi yang baru (A. Thomas & Chess, 1977, 1984, dalam Papalia 2008)

Temperamen adalah bawaan, mungkin diwariskan dan stabil. Ini tidak berarti bahwa temperamen telah terbentuk dengan sempurna ketika lahir. Temperamen berkembang seiring dengan munculnya beragam emosi dan kemampuan mengatur diri dan dapat berubah setelah merespon sikap dan penanganan pengasuhan.

Segala sesuatu dapat terjadi di dunia ini karena adanya suatu penyebab yang memungkinkannya terjadi. Itupulalah yang terjadi pada sikap temperamen yang dimiliki seseorang. Dan semuanya berawala karena adanya emosi ataupun amarah yang ada dalam diri mereka. Bahkan kita mungkin di frustrasikan dengan sebuah kegagalan dalam memori atau kemampuan kita.

Salah satu karakteristik kemarahan yang berbahaya adalah kemarahan yang membangkitkan kemarahan, dan siklus tersebut dapat berekalasi dengan cepat. Untuk menghadipi hal tersebut, cara terbaik adalah dengan tidak menanggapi kemaran tersebut dengan kemarahan, khususnya ketika kemarah orang itu tampak tidak dibenarkan dan tidak merasa menang sendiri. Jadi kemarahan orang lain bisa dianggap sebagai pemicu kemarah yang lain.

Teoretikus evolusioner Michael McGuire dan Alfonso Troisi membuat saran sangat menarik bahwa orang mungkin secara tipikal menunjukan “strategi perilaku” berbeda dalam menghadapi sebab-sebab, tema dan variasi kemarahan yang berbeda itu tidak akan menyebabkan intensitas atau tipe kemarahan yang sama.

Menurut saya sikap temperamen dapat terjadi karena adanya guncangan emosi yang sangat hebat yang menyebabkan mereka menjadi seseorang yang mudah sekali tersinggung atau bahkan mudah untuk terbakar emosi hanya karena masalah kecil. Bahkan mereka cenderung tidak mau mengalah, selalu ingin menang sendiri dan merasa bahwa dirinya yang paling benar, dan ketika emosi dan kemarahan menjadi satu yang akhirnya menyebabkan keadaan kemarahan yang meledak-meledak itu dapat terjadi.

Kisaran kemarahan itu berlangsung dari gangguan yang halus hingga amukan. Tidak hanya berbeda dalam kekuatan perasaan marah ini, tetapi juga berbeda dalam jenis kemarahan yang dirasakan. Kedongkolan adalah jenis kemarahan yang merasa benar sendiri; merajuk adalah kemarah yang pasif; kejengkelan diidentikkan dengan mempunyai kesabaran yang dilakukan secara berlebihan. Balas dendam adalah jenis aksi kemarahan yang biasanya dilakukan setelah melakukan refleksi terhadap rasa sakit hati atas serangan orang lain, yang kadang kala intensitasnya lebih besar dibandingkan tindakkan yang diprovokasikannya atau tindakan yang dilakukan orang lain tersebut.

Sebagian orang yang memiliki sikap temperamen, biasanya mereka cenderung lebih sensitive terhadap dunia luar ataupun terhadap kritikan juga pendapat dan omongan orang terhadap dirinya. Orang seperti itu biasanya memiliki intensitas kemarahan yang meledak-ledak lebih intensif atau lebih sering dibandingkan dengan keadaan emosi orang pada umumnya. Mereka jauh lebih dapat terpacu untuk marah yang meledak-ledak pada orang lain bahkan juga pada keluarganya sendiri ketika kemauannya atau kehendaknya tidak dapat terpenuhi atau orang lain tidak dapat memenuhi apa yang mereka inginkan ataupun juga karena keadaan yang tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan ataupun tidak sesuai dengan keinginannya. Ketika sikap temperamen mereka muncul di hadapan orang lain sekalipun atau di hadapan keluarga, teman, kekasih mereka, mereka tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan segala emosi dan kemarahan yang ada dalam dirinya sendiri bahkan mereka juga dapat mengeluarkan kata-kata kasar kepada objek yang menjadi sasaran mereka dan sering kali mereka juga mengekspresikannya sikap temperamen mereka dengan “main tangan” atau dengan memukul atau menampar orang tersebut.

Orang yang memiliki sikap temperamen dapat terpancing dengan mudah amarahnya, bahkan dengan hal-hal kecil sekalipun juga.

Jika kita menghadapi orang yang memiliki sikap temperamen seperti itu janganlah menggunakan emosi atau kemarah untuk melawannya karena apabila amarah di lawan dengan amarah hal tersebut tidak akan terselesaikan yang ada malah keadaanya semakin rumit dan juga keadaan orang tersebut akan semakin terpicu amarahnya apa bila hal itu terjadi mereka yang memiliki sikap temperamen itu akan tidak segan-segan untuk “main tangan” atau memukul orang yang sedang di ajak bicara tersebut.

Teoretikus emosi, Richard Lazarus menggambarkan sebuah teknik yang sangat sulit dalam mengatur kemarahan; sulit karena tujuannya bukan hanya mengontrol, tapi juga meredakan kemarah: “Jika sepasang kekasih atau kekasih kita berusaha untuk menyakiti kita dengan menggunakan perkataan atau perbuatan mereka, sebagai pengganti balas dendam agar bisa memperbaiki harga diri kita yang terluka, kita mungkin mampu untuk mengenali itu, dan menyebabkan kita berada di bawah kendali stress yang besar sehingga mereka tidak bisa secara realistis diminta untuk bertanggung jawab; efeknya, mereka tidak berada dalam kendali diri mereka sendiri, dan cara terbaiknya dengan berasumsi bahwa maksud dasarnya bukanlah untuk mendengki. Penilaian kembali terhadap maksud yang lain ini mungkin akan membuatnya bisa berempati dengan keadaan buruk seseorang yang dikasihi dan memaafkan kemarahannya.



Sumber :
Ekman,Paul.2009. Membaca Emosi Orang. Jogjakarta: Think
Diane E. Papalia, et. al. 2008. Human Development.Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Suryabrata,Sumadi. Drs,B.A, M.A, Ed.S., Ph.D. 2008. Psikologi Kepribadian.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Comments

Anonymous said…
wah berarti orang yang temperamen sangat sensitif ya....!

Popular posts from this blog

Obsesi akan Wajah Putih Bersih

Banyak orang sekarang-sekarang ini yang mulai terobsesi dengan wajah mulus tanpa noda sedikitpun, putih bersih, dan juga terlihat cantik ataupun tampan. "Siapa juga yang tidak ingin memiliki wajah putih, bersih, mulus tanpa noda dan kerutan, juga cantik dan tampan!!" Dengan semakin banyaknya orang yang memerlukan kebutuhan akan kosmetik, krim, dan juga sanblok yang akan mereka gunakan untuk mengatasi masalah mereka akan kusamnya wajah, noda-noda yng tidak diinginkan yang terdapat dalam wajah mereka. Semakin banyak pula kosmetik yang baru-baru ini muncul dipasaran bagaikan jamur yang tumbuh di pepohonan. Semuanya menawarkan khasiat yang dapat membuat setiap konsumennya yang memakainya akan terlihat cantik atau tampan dan juga putih bersih tanpa adanya noda, dan juga kerutan-kerutan yang muncul ketika umur kita sudah mulai menua. Semuanya memberikan penawaran yang sangat menggiurkan bagi pemakainya, dan ada juga kosmetik yang dapat membuat pemakainya terlihat lebih

GANGGUAN PERKEMBANGAN PERVASIF (PDD)

Autisme dalam Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD (Perpasive Development Disorder) diluar ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADHD (Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan pervasif (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical

ANOREXIA NERVOSA

Disadari atau tidak, anggapan bahwa langsing itu cantik telah melekat dalam kepala setiap orang, khususnya pada pikiran setiap wanita. Sejak kecil kita seolah didoktrin, menjadi wanita harus bertubuh langsing. Apalagi ditambah dengan banyaknya obat pelangsing yang diproduksi di pasaran. Akhirnya, tanpa disadari banyak wanita yang berlomba-lombamenjaga ketat pola makanan mereka agar terlihat langsing. Kadang begitu kelewatan sampai menimbulkan gangguan atau kelainan pola makan (eating disorders) yang disebut anorexia dan bulimia. Banyak wanita didunia yang menderita kelainan pola makan (eating disorders) seperti calista flockhart, mendiang putri Diana, para model-model di dunia juga banyak yang mengidap penyakit tersebut, dan lain sebagainya. Tren akan tubuh langsing dan kurus ini juga semakin dipicu oleh banyaknya public figure yang menganut ketat, bahkan mengalami anorexia, hingga berat badannya turun drastis. Kelainan pada pola makan ini timbul akibat rasa ketakutan pada diri ses